
Setup pertama saya adalah sebuah meja kecil yang terbuat dari rak lemari bekas milik kakak tingkat saya, waktu masih kuliah dan ngekost di Malang. Sebuah rak susun dua tingkat berwarna hijau dan putih, dengan laptop Asus A451LN sebagai satu-satunya device yang saya gunakan saat itu.
Sangat sederhana. Tapi tetap menyenangkan.
Hari-hari saya habiskan di meja itu, dari nonton film bajakan, mendengarkan musik, ngerjain tugas, dan menonton video di YouTube. Sampai suatu hari, saya menemukan video Setup Show Off dari Gaptech ID dan Setup Wars. Sejak itu, saya mulai mengenal istilah setup.
Dalam pengertian sederhana saya, setup adalah meja atau ruang kerja (atau belajar) yang dilengkapi dengan laptop atau PC, yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Saya sangat suka melihat berbagai macam setup keren, dari penataan kabel yang rapi, pencahayaan yang menarik, hingga kombinasi peripheral yang dirancang untuk menunjang produktivitas. Ada setup untuk editing dan desain, gaming, atau sekadar multimedia ringan.
Tapi karena banyaknya subscriber yang mengirimkan setup mereka untuk direview, isi kontennya jadi sangat terbatas. Umumnya hanya berisi reaksi host dan saran seputar estetika setup. Padahal, yang sebenarnya saya penasaran adalah latar belakang para pemilik setup itu sendiri. Saya yakin, cerita mereka tentang aktivitas, pekerjaan, atau alasan di balik pemilihan device juga tak kalah menarik.
Terutama mereka yang bekerja sebagai freelancer. Karena saya tahu, setiap freelancer yang bekerja di depan komputer, pasti punya setup andalan mereka sendiri.
Dari rasa penasaran itu, saya terinspirasi untuk membuat seri artikel khusus tentang setup. Rencananya, saya akan berkolaborasi dengan siapapun, terutama para freelancer untuk ngobrol dan mewawancarai mereka tentang setup yang mereka gunakan. Misalnya alasan memilih monitor tertentu, ukuran meja ideal, preferensi kursi kerja, hingga rekomendasi perangkat yang menurut mereka layak dibeli. Syukur-syukur bisa sekalian berbagi tips freelancing dari sudut pandang masing-masing.
Saat ini saya masih memikirkan format yang menarik untuk seri ini, dan tentu saja, bagaimana caranya mencari kolaborator. Karena jujur saja, saya masih blogger pemula yang belum punya banyak koneksi ke sesama freelancer. Mungkin nanti akan saya mulai dari setup saya sendiri, atau dari teman-teman di sekitar yang bersedia berbagi cerita.
Atau… mungkin kamu yang sedang membaca ini tertarik buat ikutan berbagi tentang setup kerja kamu? Kayaknya seru juga?.
Baiklah, sampai di sini dulu. Saya masih perlu waktu untuk menyusun konsep dan teknis penulisan artikel ini. Kalau kamu merasa konten di blog ini bermanfaat, silahkan support saya dengan mentraktir kopi lewat halaman Trakteer 😊
Sebagai ucapan terima kasih, teman-teman yang support akan mendapatkan akses ke konten Backstage, berisi catatan-catatan yang lebih personal dan “di balik layar” dari semua yang saya kerjakan.
Terima kasih! Sampai jumpa di tulisan berikutnya 🙏